Blue Spinning Frozen Snowflake

Translate

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 21 November 2015

CONTOHAPRESIASI KARYA SENI (Wayang Kulit)



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya apresiasi karya seni yang berjudul “Kreasi Wayang Kulit” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyelesaian apresiasi karya seni ini khususnya bapak/ibu guru seni budaya.

Saya menyadari bahwa apresiasi karya seni ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya.
Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Mataram,  Agustus 2015


Penyusun













DAFTAR ISI:

KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3

BAB I    : PENDAHULUAN...............................................................4
BAB II   : SEJARAH WAYANG KULIT...........................................5
BAB III :
JENIS DAN CARA PEMBUATAN WAYANG KULIT....................8
BAB VI  : PENUTUP.........................................................................14


DAFTAR PUSTAKA.........................................................................15
                                       BAB I
PENDAHULUAN

              Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, wayang adalah boneka tiruan yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dsb, yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Sunda, wayang didefinisikan sebagai boneka atau penjelmaan dari manusia yang terbuat dari kulit atau pun kayu. Namun ada juga yang mengartikan bahwa perkataan wayang berasal dari bahasa Jawa, yang artinya perwajahan yang mengandung penerangan. 
            Seni Wayang, merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua di Indonesia. Pada masa pemerintahan Raja Balitung pertunjukan wayang telah ada, hal tesebut ditemukan pada prasasti Balitung tahun 907 Masehi. Sejarah perkembangan seni wayang di Indonesia, yaitu pada abad ke-4 orang-orang Hindu datang ke Indonesia, melalui jalur perdagangan. Pada kesempatan tersebut orang-orang Hindu membawa ajarannya dengan Kitab Weda dan epos cerita maha besar India yaitu Mahabharata dan Ramayana dalam bahasa Sanskrit. Kemudian ,Abad ke-9, bermunculan cerita-cerita dengan bahasa Jawa kuno dalam bentuk kakawin yang bersumber dari cerita Mahabharata atau Ramayana, yang telah diadaptasi.
           Berhubungan dengan itu, makalah ini akan memaparkan hasil studi pustaka yang telah kami lakukan, meliputi; sejarah seni wayang/asal-usul wayang di Indonesia, jenis-jenis wayang, serta nilai-nilai yang terkandung dari pertunjukan seni wayang.
             Adapun hal yang melatarbelakangi studi pustaka dan analisis Seni Wayang ini adalah sebagai wujud apresiasi kami sebagai penikmat seni terhadap budaya tradisional, yang kian hari semakin tersisih oleh budaya asing. Semoga dengan penyusunan makalah ini, kita menyadari keindahan dan keagungan budaya tradisional yang harus kita lestarikan, kita jaga dan kita banggakan sebagai kekayaan budaya bangsa.
             Kami menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini, maka itu kami menanti adanya kritik membangun dari pembaca guna perbaikan pada makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



BAB: II

Sejarah wayang kulit
 
                  Wayang kulit merupakan sejenis hiburan pementasan bayang yang terhasil dari patung yang dibuat daripada belulang (kulit lembu/kerbau/kambing). Terdapat pelbagai jenis wayang kulit bergantung kepada tempat asal mereka. Ia merupakan seni tradisional Asia Tenggara merangkumi Thailand,Malaysia dan Indonesia, yang terutama berkembang diPhattalung wilayah selatan Thailand,Jawa dan disebelah timur semenanjung Malaysiaseperti di Kelantan dan Terengganu.
                     Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh muzik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dantembang yang dinyanyikan oleh para pesinden.
                        Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, iaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disuluhkan lampu eletrik atau lampu minyak (dian), sehingga para penonton yang berada disebelah berlawanan layar dapat melihat bayangan wayang yang berada ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Wayang kulit lebih popular di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan diJawa Barat.



          Wayang salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni  suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni  perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa.

                   Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata. Kedua induk cerita itu dalam pewayangan banyak mengalami pengubahan dan penambahan untuk menyesuaikannya dengan falsafah asli Indonesia. Penyesuaian konsep filsafat ini juga menyangkut pada pandangan filosofis masyarakat Jawa terhadap kedudukan para dewa dalam pewayangan. Para dewa dalam pewayangan bukan lagi merupakan sesuatu yang bebas dari salah, melainkan seperti juga makhluk Tuhan lainnya, kadang-kadang bertindak keliru, dan bisa jadi khilaf. Hadirnya tokoh panakawan dalam_ pewayangan sengaja diciptakan para budayawan In­donesia (tepatnya budayawan Jawa) untuk mem­perkuat konsep filsafat bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang benar-benar baik, dan yang benar-benar jahat. Setiap makhluk selalu menyandang unsur kebaikan dan kejahatan. Dalam disertasinya berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897), ahli sejarah kebudayaan Belanda Dr. GA.J. Hazeau menunjukkan keyakinannya bahwa wayang merupakan pertunjukan asli Jawa. Pengertian wayang dalam disertasi Dr. Hazeau itu adalah walulang inukir (kulit yang diukir) dan dilihat bayangannya pada kelir. Dengan demikian, wayang yang dimaksud tentunya adalah Wayang Kulit seperti yang kita kenal sekarang.

                     Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse,
dan Kruyt. Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain.

                      Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pe­wayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indo­nesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur­nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga In­dia, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In­dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160). Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa­yang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah per­tunjukan wayang. Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang (1979), memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehis­toric Research in the Netherland Indie (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding di Ensiklopedia Indone­sia halaman 987. Kata `wayang' diduga berasal dari kata `wewa­yangan', yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung (sejenis seruling), dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada. Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita­cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber.

Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.
Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit. Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada  raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjutnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem. yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem. Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah.

                    Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di pulau Jawa. Dan di wilayah Kulonprogo sendiri wayang masih sangatlah diminati oleh semua kalangan. Bukan hanya oleh orang tua saja, tapi juga anak remaja bahkan anak kecil juga telah biasa melihat pertunjukan wayang. Disamping itu wayang juga biasa di gunakan dalam acara-acara tertentu di daerah kulonprogo ini, baik di wilayah kota Wates ataupun di daerah pelosok di Kulonprogo.

BAB : III
JENIS DAN CARA PEMBUATAN WAYANG KULIT
Ø JENIS – JENIS WAYANG KULIT

·         Wayang Kulit Cengkok Kedu
·         Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
·         Wayang Kulit Gagrag Surakarta
·         Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
·         Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran
·         Wayang Bali
·         Wayang Palembang (Sumatera Selatan)
·         Wayang Betawi (Jakarta)
·         Wayang Kulit Cirebon (Jawa Barat)
·         Wayang Madura (sudah punah)
·         Wayang Siam

Ø Dalang wayang kulit
Dalang adalah bagian terpenting dalam pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Dalam terminologi bahasa jawa, dalang (halang) berasal dari akronim ngudhal Piwulang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebar luaskan dan piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu, informasi. Jadi keberadaan dalang dalam pertunjukan wayang kulit bukan saja pada aspek tontonan (hiburan) semata, tetapi juga tuntunan. Oleh karena itu, disamping menguasai teknik pedalangan sebagai aspek hiburan, dalang haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh.
Dalang-dalang wayang kulit yang mencapai puncak kejayaan dan melegenda antara lain almarhum Ki Tristuti Rachmadi (Solo), almarhum Ki Narto Sabdo (Semarang, gaya Solo), almarhum Ki Surono (Banjarnegara, gaya Banyumas), almarhum Ki Timbul Hadi Prayitno (Yogya), almarhum Ki Hadi Sugito (Kulonprogo, Jogjakarta),Ki Soeparman (gaya Yogya), Ki Anom Suroto (gaya Solo), Ki Manteb Sudarsono (gaya Solo), Ki Enthus Susmono, Ki Agus Wiranto, almarhum Ki Suleman (gaya Jawa Timur). Sedangkan Pesinden yang legendaris adalah almarhumah Nyi Tjondrolukito.

Kehalusan serta ketinggian kesenian kerja tangan tertera pada watak-watak wayang kulit. Ciri pembuatannya melambangkan ketelitian serta ketinggian kesenian pembuatannya. Watak -watak atau patung-patung wayamg kulit biasanya diperbuat daripada kulit lembu. Nilai dan mutu kulit lenbu hendaklah memenuhi spesifikasi dan kriteria tukang-tukang wayang kulit. Kulit lembu betina menjadi pilihan berbanding dengan kulit lembu jantan, kerana ia lebih besar dan lembut. Kulit - kulit ini boleh didapati dengan membeli daripada penjual daging tempatan atau di tempat penyembelihan. Patung wayang yang dibuat dari kulit lebih tahan lama dan tahan melebihi 100 tahun jika dirawat dengan baik. Menurutt paham zaman dahulu yang masih dipegang kuat oleh pembuat patung, setiap patung wayang kulit mestilah dibuat dari kulit dan bukan dari kayu atau lain-lain. Masih ada yang percaya bahwa, jika dibiarkan anak-anak atau siapa saja bermain dengan wayang kulit dan menganti patung wayang sebenarnya dengan wayang kayu. Dapat menghalangi anak anak tersebut dari penyakit karena patung wayang kulit dipercayai mempunyai penjaganya sendiri.
1. Bagi kulit-kulit yang telah dipilih, kerja awal yang perlu dilakukan ialah mengeluarkan lebihan daging dan lemak yang melekat pada bidang bersegi empat, yang dibuat dari kayu atau batang buluh. Kerja-kerja pemilihan kulit ini untuk memudahkan lebihan daging dan lemak melekat dikikis dengan "pisau raut"atau dikenali dengan nama "pisau wali" ketelitian menjadi sifat utama kerja pengikisan untuk menghindari kulit menjadi mudah terkoyak, juga untuk memastikan kulit itu benar-benar bersih.
2. Kulit yang sudah dibersihkan dijemur sehingga kering selama dua atau tiga dari, tergantung pada keadaan cuaca. Kulit tersebut biasanya dijemur agak jauh dari rumah untuk menhindari bau busuk. Setelah kulit cukup kering, pengikisan dilakukan dengan pisau raut.
3. Setelah dikikis dan bersih dari bulu, kulit tersebut dibasuh dan dijemur untuk yang kedua kali. Setelah kulit yang dijemur itu kering, tukang wayang akan memulai melakar patung-patung wayang yang hendak dibuat.
4. Biasanya lakaran watak-watak wayang dibuat di atas kertas putih tipis.Walaupun watak-watak wayang diasaskan kepada watak-watak wayang kulit Melayu purba, kemahiran dan kreativitas amatlah perlu untuk membuat watak wayang kulit yang halus dan menarik.
5. Penjenisan corak dan motif perlu disusun dengan teratur dan sesuai dengan watak wayang yang dibuat. Biasanya watak wayang kulit Melayu berukuran ±71 sentimater panjang dan lebarnya tidak lebih dari 30 sentimeter. Lakaran pada kertas yang telah disediakan itu seterusnya akan digunting atau dipotong mengikut profil. Tukang wayang kemudian menempelkan lakaran tersebut pada kulit dengan menggunakan lem. biasanya lem yang digunakan dibuat dari kanji atau lem yang dapat larut dalam air.
6. Kertas lakaran yang dilekatkan pada kulit kemudian dipahat mengikuti lakaran. Setelah selesai memahat, kertas lakaran putih yang masih melekat pada kulit dilepas atau dicuci. untuk dalang mereka menggunakan berus tembaga halus dan air untuk menggosok dan membersihkan kertas yang melekat pada kulit.
7. Kulit yang telah dicuci dibiarkan mengering. Watak-watak wayang itu seterusnya akan diperkuat dengan sebilah bambu. bambu yang diraut membentuk bulat leper serta runcing dibagian pangkalnya diikat tegak di tengah-tengah patung wayang. Bambu ini sebagai "tulang" kepada patung-patung wayang tersebut. Tulang pemacak ini akan dibelah dua dari ujung hingga kira-kira 30.5 sentimeter dari pangkalnya. Seterusnya patung wayang itu diapit di antara belahan tersebut lalu diikat dengan benang pada jarak kira-kira 5 sentimeter.
8. Selain bambu yang dapat dijadikan tulang untuk patung-patung wayang, kayu serta tanduk kerbau juga dapat digunakan. karena kayu dan tanduk kerbau sulit didapat dan sulit dibentuk, maka bambu berduri menjadi pilihan utama pengrajin wayang. Selain mudah di peroleh bambu berduri juga tahan lama serta ringan. Warna juga memainkan peranan penting pada bentuk wayang kulit. Ia dapat menberikan perbedaan antara watak-watak yang lembut dan watak-watak yang garang.












Beberapa jenis wayang kulit dan harga penjualannya:
1. Kelompok Gunungan
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2hBmgJhKsXZfsyEbb8rWKNBSU8TGIJVf9wUZgClR9eIiKa2i5Z3JQrNcvypJViaU7TBgqSii6DzYuC9PiEMGU8S7Nenmm2jX27vqNQrTMoVK_OgdXoRzfKcQo5HyLJ_qMmEh7BmdwumiF/s320/Gunungan+Ganesha.jpg
Kayon atau Gunungan seringkali dipakai untuk membuka dan mengakhiri pertunjukkan wayang kulit. Pada mulanya hanya ada dua jenis gunungan yaitu gunungan gapuran dan blumbangan. Namun pada perkembanganya, saat ini banyak dilahirkan jenis-jenis gunungan yang baru.
hargaRp. 1.500.000,00
2. Kelompok Wayang Ageng
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinm8Xo77iSIsRDQ2hPAmLFZ-f-L6opv4Y9EBcW5tka-6FRconrv0A80o-URABbiGJgIzcAkggD89E4Laa3Opy8yyc7yW8fGCoZGp0eHTN4u6G7cQ20E5aqmoiAqlo5z6LhLGCSw9SPvZOr/s320/Batara+Bayu.jpg
Kelompok wayang ageng adalah tokoh-tokoh yang memiliki ukuran besar. Biasanya akan disumping (ditata) pada bagian tersepan. Yang termasuk pada kelompok wayang ageng antara lain adalah tokoh:Werkudara, Ramabargawa, Duryudana, Batara Bayu, Kumbakarna, Batara Kala, dll.
harga: Rp. 1.200.000,00

3. Kelompok Wayang Dugangan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuupm5XenT2T1c4384WJa88pBboPM1I9uq1Gcl6gjsShuRxBJ4lIoc4BnaxE7j6vBh8YEWQEzNamC2cPHeM3Kd9eFmrp54uIBCmGC5iE7tjWY3gkdh5SpV0u1FvhtFWSxaleGzxeh8IFtf/s320/Kangsa.jpg
Kelompok wayang ini mencakup Raja dan ksatria yang gagah. Juga dikenal sebagai kelompok wayang sabet, karena wayang seukuran ini sering disabetkan artinya sering di perang-kan. Yang termasuk pada kelompok wayang dugangan adalah tokoh: Boma Narakasura, Gathutkaca, Antareja, Baladewa, Seta, Burisrawa, Dasamuka, Indrajit, dll.

Harga: Rp. 900.000,00

4. Kelompok Dugangan Alit
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcz1zPWwddoDev1vD-etjW7kNVo5RTScrYN-AGYamB4AMJjmAnVLTYEgtVGNtlxrpDAIisMpp8wVpTrygl3yQpMpQNh2OUGHfpAGZJCa2ZyPM-bLuCcXqVnv0gte_Sorjn_Wy-HoXl8Se9/s320/Anoman.jpg          
Kelompok ini juga dikenal kelompok wayang sabet, namun memiliki ukuran yang relatif kecil. Yang termasuk pada kelompok wayang dugangan alit adalah tokoh: Anoman, Setyaki, Aswatama, Ugrasena, Utarra, Wratsangka, Antasena, Pragota, Prabawa, Udawa, dll.        
harga: Rp. 700.000,00
5. Kelompok Wayang Katongan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1paaHYJn0HtR55f3QPBCeT2_XioiTx7iQm-rKDcF2de-fYhCEpitfIgnc1G2-FNryjnSww4S26fKu_zGanWsfbQ_FQJqJJW5dhCRfhQu79A2G4gv3F3EYoJsXI3mo82AWSePTd1CZ9w7X/s320/Janaka.jpg
Kelompok katongan biasanya mencakup raja dan ksatria serta dewa-dewa yang berkarakter halus dan bertutur sopan. Yang termasuk pada kelompok wayang katongan adalah tokoh: Kresna, Arjuna, Puntadewa, Ramawijaya, Parikesit, Batara Guru, Salyapati, Basudewa, dll.
harga: RP.650.000,00
BAB : IV
PENUTUP


Kesimpulan
    Salah satu karya seni yang berkembang di Indonesia adalah seni wayang, yang merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan wayang, yaitu yang terdapat pada prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi, yang mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang.

           Wayang berasal dari kata wayangan yaitu sumber ilham dalam menggambar wujud tokoh dan cerita sehingga bisa tergambar jelas dalam batin si penggambar karena sumber aslinya telah hilang,
Seni wayang yang terkenal di Indonesia ada tiga, yaitu wayang golek, wayang kulit dan wayang orang.

           Wayang kulit adalah seni tradisional indonesia yang dimiliki oleh indonesia sudah lama sekali. Wayang kulit ini merupakan seni asli indonesia. Dalam pembagian seni kriya, wayang kulit ini dapat di masukan dalam seni kriya kulit. Karna bahan pembuatan wayang kulit menggunakan kulit hewan lembu betina.

Saran
Kesenian tradisional seperti wayang kulit ini sebaiknya harus lebih di lestarikan, agar kesenian wayang kulit tidak punah termakan waktu. Kesenian wayang kulit juga sebaiknya di ajarkan turun menurun agar ajarannya tidak menghilang .
Kritik
Kesenian wayang kulit itu sangat bagus, tetapi akan lebih bagus lagi jika pada saat pementasan wayang kulit, yang mendalanginya itu adalah anak – anak muda sehingga kesenian itu tidak punah.

Daftar pustaka:
Hidding. 1945. Ensiklopedia IndonesiaW. Van Hoeve, Bandung

Sukmo. 1973. Pengantar Kebudayaan I. Kanisius: Bandung



Kamis, 19 November 2015

CONTOH CERPEN DAN ANALISISNYA BESERTA CONTOH KONVERSINYA

CINTA ITU SOAL KETULUSAN
               Dion dan Rani merupakan sahabat semasa kecil. Mereka berdua menghabiskan banyak waktu untuk bermain bersama.Tapi ternyata benar kata pepatah tidak ada persahabatan  yang murni antara laki-laki dan wanita kecuali didalamnya terbesit rasa cinta walaupun cinta yang bertepuk sebelah tangan.Memang hanya Dion yang merasakan cinta itu, tapi mereka berdua tetap menjalani semua yang mereka biasa lakukan seperti apa adanya.
               Seiring berjalannya waktu mereka masuk kesebuah Sekolah Menengah Atas dan ternyata Dion dan Rani menjadi teman sekelas. Hingga suatu hari Rani menemukan seorang lelaki bernama Fian yang mampu membuatnya jatuh hati. Setiap hari Rani lebih banyak meluangkan waktunya untuk Fian tanpa menghiraukan Dion yang mulai sakit hati karena sahabatnya, bahkan cintanya direbut begitu saja. Setelah 5 bulan Fian dan Rani menjadi sangatdekat walaupun hubungan mereka tidak memiliki status dan sebuah kejadian yang tak diinginkan terjadi. Fian terjebak 2 cinta.Dia mencintai Rani teman dekatnya saatini dan Anisa cinta pertamanya yang datang kembali. Kali ini Fian sangat dilemma, dia mencintai Rani namun tidak bisa melupakan Anisa. Hingga akhirnya setelah beberapa minggu Fian berpikir ia pun menjatuhkan pilihannya kepada Anisa. Karena dalam hati Fian “untuk apa aku mencintai wanita lain jika cinta lama ku masih tidak bisa aku lupakan”.
                 Rani sangat sedih saat mengetahui keputusan Fian. Ia merasakan kekecewaan yang amat sangat mendalam. Diapun berlari memeluk Dion yang ia anggap sahabat. Rani menangis dengan kencang dalam dekapan sahabat laki-lakinya itu. Dion menerima air mata yang Rani tuangkan untuknya tanpa memikirkan rasa sakit hatinya melihat orang yang sangat ia cintai membuang air matanya untuk lelaki lain.
                  Rani yang saat itu mulai terpuruk hingga jatuh sakit, tetap ditemani oleh Dion. Lelaki yang selalu menggenggam erat tangan Rani. Memberikan kasih sayang belaian lembut dan perhatiannya. Setelah keadaan Rani mulai membaik, entah rasa apa yang membuat Rani tidak pernah ingin jauh dari Dion. Merekapun banyak menghabiskan waktu berdua selayaknya orang yang berpacaran hingga pada suatu hari Fian datang menyatakancintanya kepada Rani yang saat itu sudah mulai mencintai Dion.
                   Pada siang hari sepulang sekolah, rani mengendarai kendaraannya untuk pulang ke rumah. Tapi.... di jalan, Rani kembali pada fase dilemma, dimana dia terus bertanya – tanya pada dirinya sendiri harus memilih dion apa fian. sepanjang jalan sepulangnya dari sekolah ia terus melamun hingga ada mobil dengan kecepatan tinggi menabrak kendaraannya dan membuat ia terpental bersimbah darah dan hilang kesadaran. Rani pun dilarikan kerumah sakit dengan keadaan kritis ditambah lagi ginjal kirinya yang dinyatakan rusak oleh dokter.Dion dan Fian merasa sangat sedih dan merasa dalam keadaan frustasi. Namun Dion mendatangi dokter untuk memohon agar dapat memberikan ginjal yang ia punya kepada Rani. Walaupun dokter sempat menolak keinginan Dion karena Dion memiliki ginjal yang tidak normal, ginjal kanannya tidak berfungsi dengan baik dari kecil .Namun cinta yang tulus membuat Dion bersi keras untuk tetap mendonorkan ginjalnya. 2 bulan kemudian Rani dinyatakan sembuh total, ia mulai bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Namun ia sangat membenci kesembuhannya ketika mendengar cerita kedua orang tuanya tentang Dion yang rela berkorban untuknya. Kedua orang tuanya ditemani Fian mengantarkan nya kesebuah pemakaman umum dan mamanya menunjukkan satu tempat sambil berkata “di situ lah tempat Dion beristirahat”.
                Rani menangis sambil memeluk batu nisan bertulis kan nama Dion. Ia mencium nisan itu berkali-kali sambil berkata “aku gadis paling beruntung memiliki sahabat bahkan teman hidup yang rela mengorbankan kebahagiaan bahkan jiwa raga untuk wanita seperti aku yang hanya mengingat mu ketika aku dalam keadaan rapuh.
                Kini Dion hanya bisa tersenyum, tersenyum bahagia disana melihat cinta kecilnya rani yang sangat baik tumbuh besar dan mengetahui segala cinta yang ia pendam sedari masak anak-kanak.




Analisis Cerpen “Cinta itu Soal Ketulusan”
1. Unsur Intristik Teks Cerpen
A.     Tema : pengorbanan yang tulus untuk seseorang yang di cintai.
Halini ditunjukan atas tindakan dion yang rela mengorbankan dirinya untuk rani.
B.      Latar :
a.    Tempat
Ø  Di jalan, sesuai dengan kutipan:
“sepanjang jalan sepulang sekolah ia terus melamun hingga ada mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya ”

Ø  Di  rumah sakit, sesuai dengan kutipan:
“ ranipun dilarikan ke rumah sakit dengan keadaan kritis di tambah lagi ginjal kirinya yang dinyatakan rusak oleh dokter”

Ø  Di pemakaman umum, sesuai dengan kutipan:
“kedua orangtuanya mengantarkannya ke sebuah pemakaman umum”

b.    Waktu : siang hari
Sesuai dengan kutipan:
“ pada siang hari, sepulang sekolah rani mengendarai kendaraannya untuk pulang ke rumah”

c.    Suasana:

Ø  Kekecewaan, sesuai dengan kutipan:
“ Ia merasakan kekecewaan yang sangat mendalam. Dia pun berlari memeluk dion yang ia anggap sahabatnya”

Ø  Sedih, sesuai dengan kutipan:
“ ranipun dilarikan ke rumah sakit dengan keadaan kritis di tambah lagi ginjal kirinya yang dinyatakan rusak oleh dokter. Dion dan Fian marasa sedih dan dalam keadaan frustasi.”



C.    Penokohan :
Ada beberapa tokoh dalam cerita tersebut, tokoh – tokoh beserta wataknya yang terdapat pada cerpen tersebut adalah:
Ø  Dion, dengan watak: perhatian , penyayang dan rela berkorban
Watak tersebut dapat dilihat pada kutipan cerpen sebagai berikut:

“Rani yang saat itu mulai terpuruk  hingga jatuh sakit, tetap ditemani oleh Dion lelaki yang selalu menggenggam erat tangan rani, memberikannya kasih sayang belaian lembut dan perhatiannya ” (kutipan ini menggambarkan sikap dion yang penyayang dan perhatian)

Namun Dion mendatangidokteruntukmemohon agar  dapatmemberikanginjal yang         iapunyakepada Rani. Walaupundoktersempatmenolakkeinginan Dion karena Dion memilikiginjal yang tidak normal, ginjalkanannyatidakberfungsidenganbaikdarikecil.Namuncinta yang tulusmembuat Dion bersikerasuntuktetapmendonorkanginjalnya.” (kutipan ini menggambarkan sikap dion yang rela berkorban untuk orang yang ia cintai)

Ø  Rani, dengan watak:  baik hati
Watak tersebut digambarkan pada kutipan cerpen sebagai berikut:
                Kini Dion hanya bisa tersenyum, tersenyum bahagia disana melihat cinta kecilnya rani yang sangat baik tumbuh besar dan mengetahui segala cinta yang ia pendam sedari masak anak-kanak.

Ø  Fian, dengan watak: setia
 Watak tersebut dapat dilihat pada kutipan cerpen sebagai berikut:
“untuk apa aku mencintai wanita lain, jika cinta lamaku masih tak bisa ku lupakan”

Metode yang digunakan dalam penentuan watak tokoh adalah metode Dramatik atau metode tidak langsung. Watak – watak tokoh dalam cerpen tersebut diketahui dengan cara – cara brikut :
Ø  Melalui perbuatan atau tingkah laku tokoh
Hal ini dapat di buktikan dalam cuplikan cerpen sbagai berikut:
“Rani yang saat itu mulai terpuruk  hingga jatuh sakit, tetap ditemani oleh Dion lelaki yang selalu menggenggam erat tangan rani, memberikannya kasih sayang belaian lembut dan perhatiannya ” (kutipan ini menggambarkan sikap dion yang penyayang dan perhatian)

Namun Dion mendatangidokteruntukmemohon agar  dapatmemberikanginjal yang         iapunyakepada Rani. Walaupundoktersempatmenolakkeinginan Dion karena Dion memilikiginjal yang tidak normal, ginjalkanannyatidakberfungsidenganbaikdarikecil.Namuncinta yang tulusmembuat Dion bersikerasuntuktetapmendonorkanginjalnya.” (kutipan ini menggambarkan sikap dion yang rela berkorban untuk orang yang ia cintai)
Ø  Melalui pemikiran sang tokoh atau tokoh lain
Hal ini dapat di buktikan dalam cuplikan cerpen sbagai berikut :
                Kini Dion hanya bisa tersenyum, tersenyum bahagia disana melihat cinta kecilnya rani yang sangat baik tumbuh besar dan mengetahui segala cinta yang ia pendam sedari masak anak-kanak.” ( dalam cuplikan ini kita dapat mengetahui bahwa tokoh rani berwatak baik hati )
“Karena dalam hati Fian “untuk apa aku mencintai wanita lain jika cinta lama ku masih tidak bisa aku lupakan”.” (cuplikan ini membuat kita mengetahui bahwa watak tokoh fian itu setia)
D.   Konflik : konflik batin
Dalam cerpen tersebut , konflik yangterjadi adalah konflik batin. Dimana konflik ini dialami rani yang bertanya – tanya pada dirinya sendiri yang harus memilih dion apa fian. Hal ini terdapat dalam cuplikan :
Rani kembali pada fase dilemma, dimana dia terus bertanya – tanya pada dirinya sendiri harus memilih dion apa fian.

E.    Sudut pandang : Orang ketiga serba tau

Karna pada teks cerpen tersebut menggunakan sudut pandang “dia”,
Yang merupakan ciri khas dari sudut pandang orang ketiga dan juga menggunakan nama tokoh seperti rani, dion, dan fian.
Contoh kutipannya dalam cerpen:
Rani yang saatitumulaiterpurukhinggajatuhsakit, tetapditemanioleh Dion.Lelaki yang selalumenggenggamerattangan Rani.Memberikankasihsayangbelaianlembutdanperhatiannya.Setelahkeadaan Rani mulaimembaik, entah rasa apa yang membuat Rani tidakpernahinginjauhdari Dion. Merekapunbanyakmenghabiskanwaktuberduaselayaknya orang yang berpacaranhinggapadasuatuhariFiandatangmenyatakancintanyakepada Rani yangsaatitusudahmulaimencintai Dion.

F.    Alur atau plot : maju

Karena peristiwa yang terjadi pada cerpen tersebut berjalan sesuai urutan waktu yang maju , tanpa ada menceritakan masa lalu sang tokoh dan tidak juga mengulang – ulang masa lalu tokoh.
Contoh kutipannya dalam cerpen
Dion dan Rani merupakansahabatsemasakecil. Merekaberduamenghabiskanbanyakwaktuuntukbermainbersama” yang mengawali alur maju dan di lanjutkan dalam paragraf ke dua
SeiringberjalannyawaktumerekamasukkesebuahSekolahMenengahAtasdanternyata Dion dan Rani menjaditemansekelas.


G.   Amanat :
Ø  Cintailah pasanganmu dengan ketulusan.
Ø  Hiduplah untuk orang lain, jangan untuk diri mu sendiri.



H.   Gaya bahasa : komunikatif
Karna bahasa yang digunakan mudah di pahami atau menggunakan bahasa sehari – hari. Contoh kutipannya pada cerpen:
Kali iniFiansangat dilemma, diamencintai Rani namuntidakbisamelupakanAnisa. HinggaakhirnyasetelahbeberapamingguFianberpikiriapunmenjatuhkanpilihannyakepadaAnisa.


2. Unsur Ekstrinsik

A.   Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah bahasa komunikatif. Karna bahasa yang digunakan mudah di pahami atau menggunakan bahasa sehari – hari. Contoh kutipannya pada cerpen:
Kali iniFiansangat dilemma, diamencintai Rani namuntidakbisamelupakanAnisa. Hingga akhirnya setelah beberapa minggu Fian berpikir ia punmenjatuhkan pilihanny akepada Anisa.

B.    Nilai – Nilai Yang Terkandung dalam Karya Sastra:
Ø Nilai Moral
Nilai moral yang dapat di petik dari cerpen diatas yaitu bersikap sabar, hal ini di tunjukan oleh sikap dion yang bersabar menanti rani, meskipun hatinya telah di sakiti rani.
Ø Nilai Sosial
Berkorban demi orang lain, dalam cerpen tersebut tokoh dion rela mengorbankan hidupnya demi orang yang sangat ia cintai.




Konfrensi Teks Cerpen “Cinta Itu Soal Ketulusan” menjadi puisi



KETULUSAN CINTA



Setiap detak jantung ku ini
Aku masih teringat tentangmu
Tentang kenangan kita bersama
Dan kebahagiaan yang kita lalui

Seiring berjalannya waktu
Kau memilih pujaan mu
Meninggalkanku terkapar
Dalam perihnya luka ini

Ketika kau semakin menjauh
Hati ini semakin sakit... dan
Air mata tak mau berhenti menetes
Untuk dirimu yang meninggalkan aku

Hanya ini yang dapat ku berikan
Setetes hidup ku untuk mu
Biarlah ku menjadi kenangan

Yang terpenting kau menjadi masa depan